Indera Pendengar
Telinga merupakan indera untuk mendengar suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi antara 20 – 20000 getaran/detik (hertz).
1. Susunan Telinga
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang telinga). Daun telinga manusia mempunyai bentuk yang khas, tetapi bentuk ini kurang mendukung fungsinya sebagai penangkap dan pengumpul getaran suara. Bentuk daun telinga yang sangat sesuai dengan fungsinya adalah daun telinga pada anjing dan kucing, yaitu tegak dan membentuk saluran menuju gendang telinga. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga tidak kering.
b. Telinga tengah
Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang. Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah dengan faring. Rongga telinga tengah berhubungan dengan telinga luar melalui membran timpani. Hubungan telinga tengah dengan bagian telinga dalam melalui jendela oval dan jendela bundar yang keduanya dilapisi dengan membran yang transparan.
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara tulang landasan dan tulang sanggurdi terdapat sendi yang memungkinkan gerakan bebas.
Fungsi rangkaian tulang dengar adalah untuk mengirimkan getaran suara dari gendang telinga (membran timpani) menyeberangi rongga telinga tengah ke jendela oval.
c. Telinga dalam
Bagian ini mempunyai susunan yang rumit, terdiri dari labirin tulang dan labirin membran.
Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut.
1. Tiga saluran setengah lingkaran
2. Ampula
3. Utrikulus
4. Sakulus
5. Koklea atau rumah siput
2. Cara kerja indra pendengaran
Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan
limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membran pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaput-selaput
basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.
2.2 OTITIS (Peardangan Telinga)
Otitis adalah peradangan pada telinga. Otitis dapat dikategorikan berdasarkan lokasi terjadinya peradangan. Apabila infeksi terjadi di liang telinga bagian luar maka diklasifikasikan sebagai otitis eksterna. Sedangkan apabila infeksi terjadi di liang telinga bagian tengah, maka diklasifikasikan sebagai otitis media, yang biasanya disebabkan oleh robeknya gendang telinga yang disertai infeksi. Apabila infeksi terjadi pada telinga bagian dalam, maka diklasifikasikan sebagai otitis interna.
Otitis Eksterna
1. Definisi
Otitis eksterna adalah Radang telinga akut maupun kronik yang disebab bakteri seringkali timbul bersama penyebab yang lain, seperti jamur, alergi, atau virus (Mansjoer, 2000).
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga luar. Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga perenang (Swimmer’s ear). Otitis eksterna adalah salah satu jenis dari infeksi telinga yang mengenai saluran telinga. Karena saluran telinga gelap dan hanga tmaka dapat dengan mudah terkena infeksi bakteri atau jamur. Berdasarkan tiga pendapat di atas dapat disimpulkan, Otitis Eksterna adalah radang telinga luar, akut maupun kronik yang disebabkan oleh bakteri bersam-sama dengan penyebab lain, seperti jamur, alergi, atau virus dan sering disebut sebagai telinga perenang (Swimmer’s Ear).
Otitis eksterna dapat berlangsung dari peradangan ringan sampai parah yang dikenal dengan otitis nekrotikan eksterna. Hal ini disebabkan peluruhan sel kulit yang normal atau serumen sebagai barier protektif pada saluran telinga bagian luar pada kondisi kelembaban yang tinggi dan temperatur yang panas.
2. Etiologi
Penyebab umum dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri meskipun jamur adalah penyebab yang penting dari 10% kasus; dapat pula dihasilkan dari non ineksi dermatologi. Bacterial Otitis Externa; menyukai semua kulit, saluran telinga luar mempunyai flora normal. Ketika terjadi ggn, flora pathogen berkembang didominasi oleh Pseudomonas aeruginosa dan Stapilococcus aureus. Jamur Otitis Externa;jamur dikenal kira-kira 10% dari kasus otitis externa. Pathogen yang tersebar dan umum adalah Aspergillus dan Candida.
Adapun faktor predisposisi terjadinya penyakit yaitu:
- Udara yanhg hangat dan lembab
- PH liang telinga
- Trauma ringan
- Berenang
3. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati kearah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Otitis eksterna dibedakan atas 2 yaitu:
1) Otitis eksterna sirkum skripta, adalah radang telinga yang disebabkan oleh streptococcus aereus dan staphilococcus albus.
2) Otitis eksterna difus, adalah terjadinya sekunder pada OMSK dan OMA
Manifestasi Klinis
1 Rasa nyeri yang hebat.
2 Pendengaran menurun.
3 Liang telinga tampak bengkaka.
4 Terdapat sekret/nanah dan berbau
5 Demam.
Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotik dalam bentuk salep seperti neomisin, polimiksin B atau basitrasin.
2. Pembersihan liang telinga dengan penghisap yang biasanya asam menjadi basa.
3. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis dan membran tymphani.
4. Diaspirasi secara steril bila menjadi abces.
5. Pemberian antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%)
6. Pemilihan obat lokal
Tinjauan Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Anamnesa
- Kaji riwayat dari gejala- gejala (misal: gatal, nyeri, bengkak), awitan ? dicetuskan oleh?
- Tanyakan adanya nyeri telinga
- Tanyakan adanya cairan yang mengalir dari telinga, warna, jumlah, konssistensi
kekentalan cairan
- Tanyakan faktor-faktor yang mempeberat (riwayat ketulian, riwayat sering mengorek kuping dengan japit, sering menyiram telinga dengan air)
- Kaji fakor-faktor yang berhubungan
Adanya faktor penyebab (misal kurangnya perawatan dan seringnya mengorek telinga dengan japit dan adanya riwayat tuli)
- Faktor-faktor lingkungan (misal: lingkungan yang bising dan ramai)
b. Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum :
- Keadaan umum, kesadaran dan perawatan diri
- Pemeriksaan fisik data fokus telinga dan hidung:
Nyeri bila disentuh dan dilakukan irigasi telinga tidak tembus dihidung
- Iritasi
- Pemeriksaan adanya urunkel/kotoran
- Memeriksa keluarnya cairan dan telinga
c. Diagnosa Keperawatan
1). Nyaman nyeri berhubungan dengan adanya pembengkakan padaliang telinga yang ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada telinga, pasien tampak kesakitan saat disentuh, cemas dan adanya pembenkakan pada telinga.
Tujuan : Selama perawatan dirumah, pasien menunujukkan perbaikan nyeri.
Kriteria hasil : - Nyeri hilang terkontrol
- Pasien menunjukkan rileks
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri .
R : mengetahui tingkat nyeri dan unutuk menentukan tindakan selanjutnya
2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R : dengan mengetahui sebab dan akibat diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
3. Berikan tindakan irigasi untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk
R : kotoron yang manumpuk dan melekat merupakan faktor terjadi nyeri
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat antupiretik
R : dengan cepet dapat menghilangkan / mengurangi nyeri
2). Perubahan kenyamana berhubungan peningkatan suhu tubuh sekunder infeksi telinga ( otitis externa )yang ditandai dengan pasien mengatakan badan meriang dan panas, suhu > 37,50C, hangat waktu disentuh dan terjadi takikardi.
Tujuan : Suhu tubuh pasien dapat kembali normal 370C
Kriteria hasil :
- pasien tidak merasa meriang
- Suhu tubuh kembali normal S: 370C
- Tidak terjadi komplikasi
Intervensi :
1. Patau suhu pasien
R : suhu 38,90 C- 410 C menunjukan adanya penyebaran infeksi
2. Berikan perawatan di rumah dengan kompes dingin / hangat
R : membantu mengurangi demam
3. Ajurkan memakai selimut penghangat / pendingin di rumah
R : pertahankan suhu tubuh yang tetap dalam lingkungan
4. Anjurkan menghindari fator penyabab
R : faktor penyabab dapat mengakibatkanberkembanganya infeksius
5. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik
R: mengurangi demam dengan aksi sentralnya hanya pada hipotalamus
Otitis Media
1. Pengertian
Otitis media adalah peradangan telinga bagian tengah yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorok (faringitis) dan sering pada anak-anak. Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif.
2. Etiologi Otitis Media
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakanggendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
3. PATOFISIOLOGI
Mukosa yang melapisi tuba Eustachius, telinga tengah dan sel mastoid mengalami peradangan akut. Mukopus berkumpul didalam telinga tengah. Tekanan dalam telinga tengah makin meningkat, gendang telinga meradang, menonjol dan kemudian pecah pada bagian tengah yang disebabkan oleh nekrotis, kemudian mukopus keluar ketelinga luar.
4. PENGOBATAN
Biasanya akan sembuh dengan pengobatan yang efektif dan telinga tengah kembali pada bentuk dan fungsi normal. Tetapi kadang-kadang peradangan berlangsung dan diikuti dengan komplikasi. Otitis media kronis merupakan peradangan pada liang telinga tengah, terjadi berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang lama.
· OTITIS MEDIA AKUT Ditandai oleh :
1. Infeksi oleh mikroorganisme.
2. Terasa penuh dalam telinga, sakit, hilang pendengaran.
· OTITIS MEDIA KRONIS DITANDAI OLEH :
1. Peradangan kronis pada telinga tengah, otitis media berlanjut.
2. Tuli, kadang-kadang sakit, pusing.
3. Tekanan negatif ditelinga tengah.
4. Tersumbatnya Eustachius.
5. Udara keruang tengah terhambat.
5. PENGKAJIAN :
a. Riwayat kesehatan sekarang, kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan, adakah keluhan seperti pilek dan batuk.
b. Riwayat kesehatan masa lalu. Apakah ada kebiasaan berenang, apakah pernah menderita gangguan pendengaran (kapan, berapa lama, pengobatan apa yang dilakukan, bagaimana kebiasaan membersihkan telinga, keadaan lingkungan tenan, daerah industri, daerah polusi), apakah riwayat pada anggota keluarga.
c. Pemeliharaan fisik.
1). Inspeksi :
-keadaan umum.
-adakah cairan yang keluar dari telinga.
-bagaimana warna, bau, jumlah.
-apakah ada tanda-tanda radang.
2). Pemeriksaan Diagnostik :
Melakukan uji reaksi penderita untuk mengukur dan menentukan lokasi ketulian. Melakukan uji reaksi penderita terhadap suara percakapan dengan : uji weber, rinne test, pem. Audiogram, pem radiologi.
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Berdasarkan pada pengkajian data dan analisa data dapat ditegakan beberapa diagnosa keperawatan baik aktual maupun potensial yang meliputi :
1). Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan sakit dan demam oleh karena proses
penyakit.
Tujuan :
-mengatasi rasa nyeri.
-mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
Sasaran :
-pasien tidak mengeluh sakit.
-pasien dapat beristirahat dengan cukup.
-suhu tubuh dalam batas normal.
Tindakan :
-pasien istirahat ditempat tidur.
-memberikan obat-obatan seperti analgesik, anti piretik dan antibiotik sesuai dengan
program dokter.
-memberikan pengobatan lokal seperti tetes telinga.
-melakukan irigasi telinga untuk mengeluarkan kotoran dalam telinga.
2). Perubahan persepsi terhadap rangsang sehubungan dengan hilangnya pendengaran. 3). Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pelaksanaan perawatan di rumah. 4). Potensial terjadinya kecelakaan sehubungan dengan hilangnya pendengaran.
Tujuan :
Pasien dapat mengidentifikasi dan mengetahui faktor-faktor penyebab kelainan.
Sasaran :
Pasien dapat mengantisipasi rangsang dari luar dan dapat bekerjasama.
Tindakan :
-mengkaji ketajaman pendengaran.
-perlihatkan pada gambar yang menunjukan letak kelainan.
-berdiri didepan pasien agar dapat dilihat.
-berbicara perlahan dan jelas.
-menjelaskan seluruh prosedur dan rencana perawatan.
-menciptakan ketenangan lingkungan pada pasien dengan cara mengurangi aktivitas
dikamar pasien, menyediakan tempat tidur yang nyaman
Sumber :
Brunner & Suddart, Keperawatan Medical Bedah, Buku Kedokteran,1997, Jakarta