Kamis, 24 November 2011

askep POLIOMYLITIS

 POLIOMYLITIS
A.    Pengertian
Poliomyelitis adalah penyakit yang menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakng dan inti motorrik batang otak , dan akibat kerusakan bagian susunan syarap tersebut akan terjadi kelumpuhan serta autropi otot .
Poliomyelitis atau polio,adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus agen pembawa penyakit ini sebuah pirus yang dinamakan polio virus yang dinamakan (VV) mesuk ketubuh melaluli mulut,infeksi saluran usus .virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke system sharaf pusat menyabakan lemahnya otot dan kadang kelumpuhan .

B.     Gambaran klinis
Poliomyelitis terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
1.      Poliomyelitis Asimtomatis :
Setelah masa inkubasi 7-10 hari,tida terdsapat gejala karna adanya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2.      Poliomyelitis abortif
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia,nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan,konsipasi dan nyeri abdomen.
3.      Poliomyelitis nonparalitik
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea, dan muntah lebih hebat. Gejala timbul 1 sampai 2 hari kadang-kadang diikuti dengan penyembuhan sementara untuk kemudian remisi dengan demam atau masuk kedalam pase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4.      Poliomyelitis paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet ataucranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan Antonia usus. Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain.
·         Bentuk spinal. Gejala kelemahan/ paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
·         Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa gangguan pusat vital yakni pernafasan dan sirkulasi.
·         Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
·         Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.

C.    Etiologi 
Penyebab poliomyelitis family pecornavirus dan genus virus, dibagi 3 yaitu:
1.      Brunhide
2.      Lansing
3.      Leon : dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengertian/oksidan. Masa inkubasi;7-10-35 hari.
Klasifikasi
Golongan ; golongan IV ((+)ssRNA)
Famillia ; picornaviridae
Genus ; enterovirus
Spesies : poliovirus
D.    Penularan
Cara penularannya dapat melalui:
a.       Inhalasi
b.      Makanan dan minuman
c.       Bermacam serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain
Penularan melalui oral berkembang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.
E.     Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui:
1.imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan endemis
F.  patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan biila dengan sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sudah timbul sesudah gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1.      Medulla sepinalis terutama kornu anterior
2.      Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti syaraf cranial serta formasio kretikularisn yang mengandung pusat vital
3.      Cereblum terutam inti-inti virmis
4.      Otak tengah” midbrain” terutama massa kelabu substansi nigra dan kadang-kadang nucleus rubra.
5.      Thalamus dan hipotalamus.
6.      Palidum dan
7.      Korteks serebri, hanya daerah motorik.
G.    Komplikasi
1.      Hiprkalsurya
2.      Melena
3.      Pelebaran lambung akut
4.      Hipertensi ringan
5.      Phenemonia
6.      Ulkus dekubitus patru
7.      Psikosis
H.    Pemeriksaan diagnostic
1.      Pemeriksaan Lab
. pemerksaan darah
. Cairan caira serebropinal
. Isolasi virus polio
2.      Pemeriksaan radiology
I.       penatalaksanaan medis
1.                  polio mielitis aboratif
. di berikan analgetik dan sedative
. diet adekuat
. istirahat dengan suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya di cengah aktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian di periksa neorskeletal secara teliti.
2.      Poliomyelitis non paralitik
. Sama seperti abortip
. Selain di berikan analgetika dan sedatip dapat di kombinasikan dengan kompres hangat selama 15-30 menit, setiapa 2-4 jam.
3.      Poliomyelitis paralitik
. perawatan di rumah sakit
. istirahat total
. selama pase akut kebersihan mulut di jaga
. fisiotherafi
. alkupuntur
. interperon
Poliomyelitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomyelitis abortif di atasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapat dimulai lagi.
Poliomyelitis paralitik/nonparalitik di atasi dengan istirahat mutlak sedikit 2 minggu perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralisis kepanasan.
Pase akut: analgetik untuk rasa nyeri otot. Local di beri pembalut hangat sebaiknya di pasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuaiu kepada tungkai. Pada poliomyelitis tipe pulbar kadang-kadang reflex menelan terganggu sehingga dapat timbul bahaya phnemonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus di tekan lebih rendah dan di miringkan ke salah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur, atropi, Dan attoni otot di kurangi dengan fisiotherafi. Tindakan ini dilakukan setelah demam di lakukan.
J . pengkajian
·         .  riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas.
·         pemeriksaan fisik
a.       nyeri kepala
b.       paralisis
c.       reflek tendon berkurang
d.      kaku kuduk
e.       brudjinski
K.       Diagnosa keperawatan
1.      Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
2.      Hipertermi b.d proses infeksi
Uresiko ketidak efektifan pola nafas b.d paralisi otot
3.      nyeri b.d infeksi yg menyerang saraf
4.      gangguan mobilitas fisik b.d paralysis
5.      kecemasan pada anak dan keluarga b.d kondisi penyakit.
L.     Intervensi
Dx 1:
1.1  kaji pola makan anak
mengetahui intake dan output anak
1.2  berikan makanan secara adekuat
untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
1.3  berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral
1.4  timbang berat badan mengetahui perkembangan anak
1.5  berikan makanan kesukaan anak menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
1.6  berikan makanan tapi sering mempermudah pencernaan
Dx 2:
2.1    pantau suhu tubuh
untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2.2    jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres
dapat menyebabkan efek neurotoksi
2.3    hindari mengigil
2.4    kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
dapat membantu mengurangi demam
            Dx 3:
3.1              evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
mengalami dini dan pengobatan pentilasi mencegah komplikasi
3.2              auskultasi bunyi nafas
mengetahui adanya bunyi tambahan
3.3              tinggalkan kepala tempat tidur, letakan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
merangsang fungsi pernapasan atau ekspensi paru
3.4              berikan tambahan o2
meningkatkan pengiriman o2 ke paru
            Dx 4:
4.1              lakukan strategi non formakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
teknik-teknik seperti releksasi, pernafasan berirama, dan streaksi dapat membantu nyeri dan dapat di toleransi
4.2              libatkan orang tua dalam memilih strategi
karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
4.3              ajarkan anak untuk menggunakan strategi nonfarmokologis khusus sebelum nyeri.
Pendekatan ini tampak lebih efektif pada nyeri ringan
4.4              minta orang tua membantu anak dengan menggunakan strategi selama nyeri
latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
4.5              berikan analgetik sesuai indikasi.
Dx 5:
            5.1       Tentukan aktifitas atau keadaan fisik anak
            Memberikan info untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rebelisasi
5.2              catatan dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
kelelahan yang dialami dapat mengidentifikasi keadaan anak
5.3              identifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
5.4              evaluasi kemampuan untuk mobilisasi secara aman
latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifitas anak untuk berjalan.
            Dx 6:
            6.1       kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas (mis.rendah,sedang,parah).
                        Respon keluarga berfariasi tergantung pada pola cultural yang di pelajari.
            6.2       menyatakan realita dan situasi apa yang di lihat keluarga tanpa menanyakan           apa
Yang dipercaya pasien mungkin perlu menolak realita sampai siap mengahadapinya.
            6.3       sediakan info yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta keluarga.
Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
6.4       hindari harapan-harapan kosong mis:pertanyaan seperti”semua akan berjalan lancer”
Sumber :
Brunner & Suddart, Keperawatan Medical Bedah, Buku Kedokteran,1997, Jakarta
               

1 komentar: